Takut Diskriminasi Suami, Ibu Hamil Tolak Obat HIV


INILAHCOM, Jakarta- Sebanyak 3.135 ibu hamil positif mengidap HIV tahun 2013, namun hanya 1.554 yang mendapat pengobatan. Setengahnya menolak pengobatan karena takut mendapatkan diskriminasi dari suami dan lingkungan.

"Padahal mereka tidak tahu kalau suami mereka sendiri yang menulari virus tersebut," kata Menteri Kesehatan, Nafsiah Mboi dalam jumpa persnya di Gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (25/04/2014).

Menkes menjelaskan, perilaku seks berisiko pada pria seperti enggan menggunakan kondom atau berganti-ganti pasanganlah, yang menyebabkan penularan HIV kepada istri dan bahkan kepada bayi yang masih dalam kandungan.

Nafsiah mengungkapkan sejumlah alasan mengapa ibu hamil masih ada yang menolak pengobatan dengan obat antiviral. Alasan paling besar adalah takut dan khawatir suami mereka menjadi tahu akan kondisi tersebut.

"Ada pikiran bagaimana penilaian dan sikap suami atau lingkungan kalau mereka tahu istri mengidap HIV, mereka sangat takut mendapat diskriminasi," ujar Nafsiah.

Masalah akses ke layanan pengobatan juga menjadi alasan mereka menolak mendapatkan pengobatan lebih lanjut. Mereka khawatir tidak bisa kembali ke pusat pengobatan.

Sedangkan alasan ketiga, Menkes menjelaskan, adanya kegagalan konselor atau petugas kesehatan untuk meyakinkan kepada ibu-ibu hamil tersebut bahwa pengobatan adalah penting untuk mencegah virus menular kepada bayi dan berkembang menjadi AIDS pada tubuh ibu sendiri.

"Masih ada petugas kesehatan seperti dokter yang malu atau enggan untuk menggali lebih dalam informasi dari para ibu hamil ini. Mereka seharusnya lebih peka dan berani untuk bertanya apakah si ibu memiliki perilaku seks yang berisiko atau suami, dan memberi keyakinan bahwa pengobatan adalah yang paling baik," kata dia.

Padahal, lanjut Menkes, dengan pengobatan obat antiviral terhadap 1.554 ibu hamil yang positif HIV, hanya 106 bayi yang positif HIV ketika lahir.

Tapi yang terpenting juga Nafsiah memperingatkan, adalah bagaimana para pria dan suami memperbaiki dan menjadi lebih bertanggung jawab terhadap perilaku seks mereka. Apalagi mereka yang memiliki perilaku seks berisiko. Seperti misalnya menggunakan kondom, memakai alat suntik yang steril jika mereka adalah pengguna alat suntik dan menggunakan kondom ketika berhubungan intim saat istri tengah hamil dan menyusui.

"Pria harus lebih bertanggungjawab, karena sekali memiliki HIV maka seumur hidup mereka akan menulari. Tidak boleh ada satupun bayi yang lahir dengan membawa HIV atau AIDS, karena ini dosa, betul-betul sangat berdosa," papar dia.





sumber :inilah.com

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About