Malas Baca Label Gizi, Obesitas Mengancam


Jakarta- Konsumen malas membaca label gizi dalam kemasan makanan dan minuman. Tak heran penyakit seperti obesitas atau diabetes bahkan sudah menyerang usia muda.

"Kembali kepada kita bagaimana menggunakan akal sehat kita untuk membaca label (gizi/nutrisi). UU label dibuat untuk ditaati, sayangnya konsumen tidak membacanya dengan baik," ujar Ahli Gizi dan Pakar Teknologi Pangan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Made Astawan dalam diskusi media Kupas Fakta Tentang Karbonasi Dalam Minuman di Jakarta, Rabu (2/4/2014).

Made mengatakan hal itu menanggapi persepsi yang berkembang dalam masyarakat yang sering mengkambinghitamkan karbonasi atau soda dalam minuman sebagai penyebab diabetes atau obesitas.

Menurut dia, penyebab utama munculnya diabetes dan obesitas adalah konsumsi gula yang berlebihan. Baik gula yang masuk melalui makanan, apalagi ditambah dengan minuman manis yang dikonsumsi secara berlebihan.

Sementara tidak menambahkan gula dalam sebuah minuman atau makanan menurut Made juga tidak mungkin karena lidah orang Indonesia adalah penikmat rasa manis.

"Sebagai contoh teh Ocha, di negara aslinya Jepang teh Ocha itu tidak ditambah gula, tapi di Indonesia ditambah gula, karena kalau gak ditambah gula ya tidak laku," ujarnya.

Karenanya, lanjut dia, harus dari kesadaran masyarakat sendiri untuk mengontrol berapa takaran gula yang ia butuhkan setiap harinya. Gula yang tepat dalam tubuh akan diolah menjadi energi, sementara gula yang berlebihan hanya akan menjadi lemak.

Sementara industri makanan dan minuman sudah mencantumkan label kalori dan kandungan gizi atau nutrisi, adalah kesadaran konsumen sendiri untuk menentukan berapa banyak produk itu harus ia konsumsi dalam sehari.

"Angka kecukupuan gizi energi kita rata-rata adalah 2150 kilo kalori perhari, sementara proteinnya 57 gram sehari, berapa kalori yang kita dapatkan dari seporsi makanan berat, belum lagi dari gorengan, kita lihat berapa kalori yang disuguhkan dalam setiap minuman, apakah itu minuman berkarbonasi atau tidak, ini pentingnya membaca label itu," bebernya.

Sementara soda atau karbonasi yang ditambahkan dalam minuman, menurutnya hanya bertujuan untuk memberikan sensasi 'segar' atau 'krenyes', tidak yang lain. Karena sifanya hanya sabagai bahan tambahan pangan.

Senada dengan Made, dokter spesialis penyakit dalam khususnya kesehatan lambung, Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH dari Universitas Indonesia, menegasakan bahwa yang terpenting adalah tidak berlebih-lebihan dalam mengkonsumsinya.

"Sekarang tinggal adalah 'You Are What You Eat', apapun kalau berlebih-lebihan juga akan memberi dampak pada tubuh, air biasa saja kalau minumnya berlebih-lebihan tidak baik bagi tubuh," ujarnya.



sumber : inilah.com

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About