Autisme Bisa Terdeteksi Sejak Bayi 5 Bulan




INILAHCOM, Jakarta - Autisme merupakan gangguan perkembangan menetap yang penyebabnya hingga kini belum diketahui pasti. Tapi deteksi dini terhadap gejalanya bisa diketahui sejak bayi berusia lima bulan.

"Ini memang membutuhkan kejelian para orang tua sejak dini, sehingga intervensi dini untuk penanganan medis bisa lebih baik dan lebih cepat," kata dokter spesialis kesehatan jiwa, Suzy Yusnadewi Sp.KJ dalam temu media memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia 2014 di Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu (2/4/2014). Hari Autisme Sedunia diperingati setiap 2 April.

Suzy mengatakan, kasus autisme di Indonesia sering ditemukan terlambat yaitu ketika anak sudah berusia di atas satu tahun. Dokter yang sehari-hari berpraktek di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan ini menyebut data 15% dari 6.600 kunjungan pengobatan ke instalasi jiwa anak dan remaja di rumah sakit tersebut adalah anak-anak dengan autisme yang rata-rata usianya sudah melebihi tiga tahun.

Orang tua harus lebih peka lagi terhadap risiko gangguan autisme anak sejak dini. Bahkan ketika bayi masih berusia lima bulan orang tua sebenarnya sudah bisa menangkap adanya gangguan yang berpotensi autisme.

"Saat bayi umur lima bulan maka orang tua bisa mengenali dengan kemampuan respon bayi mereka. Bayi umur lima bulan umumnya sudah bisa merespon suara orang tua atau lingkungan sekitarnya misalnya dengan tatapan mata atau suara yang ia keluarkan, jika bayi menunjukkan respon yang sangat lambat atau bahkan tidak merespon apa-apa maka orang tua perlu waspada," jelas dia.

Kemudian gejala berlanjut ketika bayi berusia delapan bulan. Yaitu umumnya bayi sudah bisa diajak bermain cilukba, permainan ini dasarnya membangun komunikasi dua arah antara orang dewasa dengan anak.

Namun jika bayi belum juga menunjukkan respon ketika orang dewasa mengajaknya bermain cilukba, maka menurut dokter Suzy, orang tua harus mewasapadai adanya gangguan autisme pada anak.

Gejala yang lebih jelas kata dokter Suzy yang juga terlibat dalam Asosiasi Kesehatan Jiwa Anak dan Remaja Indonesia (AKSEWARI) ini yaitu ketika anak sudah beranjak balita, sekitar usia satu sampai tiga tahun.

Misalnya hambatan kualitatif dalam bersosialisasi, seperti tidak mampu mengadakan hubungan sosial dengan orang lain, memperlakukan orang sebagai benda, perilaku dan minat yang terbatas, seperti, mengayunkan badan ke belakang dan ke depan secara berulang-ulang dalam waktu yang lama, memutar roda mobil secara berulang-ulang, memukul-mukul kertas ke kepalanya, selalu ingin makan makanan yang sama rasa dan teksturnya.

Gejala lainnya yaitu mengalami hambatan kualitatif dalam berkomunikasi, seperti mengartikan kata-kata secara konkret dengan tata bahasa yang bsumbeaku, sering terbalik antara kata 'saya' dan 'kamu', tidak ada perubahan ritme dan intonasi dalam bicara alias monoton, serta tidak bisa bermain pura-pura.



sumber : inilah.com

0 comments:

Post a Comment

 

Blogger news

Blogroll

About